This is default featured slide 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

Pages

Wednesday, 17 December 2014

Biografi Balcony

OKTOBER 1994: Inilah jawaban atas pertanyaan: kapan band ini ‘resmi’ berdiri. Namun, Balcony saat itu belumlah menjadi ‘Balcony’, sebab mereka masih meng-cover lagu-lagu Sick of It All. Bagi mereka, membawakan lagu orang lain di atas panggung tidak membuat sebuah band menjadi hardcore atau setidaknya jujur mewakili identitas diri sendiri. 1995-1996: Sebuah catatan penting mereka toreh dalam rentang waktu tersebut. Dengan sebuah line up baru, Balcony bermetamorfosa menjadi sebuah band yang sesungguhnya, setelah mampu mencipta dan membawakan lagu sendiri. Nilai-nilai yang ditebarkan Slayer, Sepultura, Sick of It All, Bad Religian, dan sederet band yang mendunia saat mereka menjalani masa puber, banyak memengaruhi karya awal Balcony. Namun, Balcony terus mencari sebuah identitas. Proses pencarian inilah yang kemudian jadi kromosom paling dominan yang menyusun embrio lagu berjudul Flower City. Mereka ingin kalimat itu memekik dari tenggorokan mereka (dan kita semua). Menyeruak di antara euforia HC yang pada era 95-an menjadi sesuatu yang menginfiltrasi banyak kepala anak muda, 1997: Setelah melakoni perjalanan hidup yang repetitif mulai dari aktif di scene, pencarian identitas, mencipta lagu baru, menghajar pangung demi panggung, Balcony merilis album pertama bertajuk Instant Justice pada khir September 1997. Mereka mengklaim album tersebut sebagai identitas baru. Ibarat metamorfosa seekor ulat, mereka sudah memiliki kaki, antena, sayap, dan warna. Di balik kesederhaannya, Instant Justice jadi representasi atas semua gejala yang muncul di ruang-waktu tempat mereka menghela napas. Lebih dari itu, Instant Justice juga menjadi batu pijakan bagi Balcony untuk mulai menggapai mimpi baru. 1998: Gempa politik yang menghantam negeri ini turut pula berimbas pada Balcony. Panggung terhenti. Aktivitas lain tersendat. Langit nusantara menghitam dan identitas Balcony memudar di bawahnya. Sementara di luar sana, kebencian membakar toko, amarah memperkosa hak sesama, dan arogansi bertiwikrama jadi barikade. Praktis Balcony tak bisa melakukan apa pun pada masa itu. 1999: Setelah prosesi ‘meditasi’ hampir setahun lebih, mereka akhirnya merilis album kedua berjudul Terkarbonasi. Album yang proses penggarapannya memakan waktu tiga bulan (Juni-Agustus) merepresentasikan sedikit perubahan dari sekian banyak yang ingin mereka ubah. Dari sisi musikal, lirik, atau apa pun itu. Namun, yang lebih penting, album tersebut merupakan usaha total untuk menghindari lubang stagnansi. Visi 12 lagu yang mereka suguhkan di album itu pun jauh dengan album pertama. Terkarbonasi bukan sekadar permasalahan identitas, namun bagaimana dan apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan identitas? Apa yang akan dilakukan ketika identitas menghilang dan terkarbonasi. Apakah hardcore harus mengidentitaskan dirinya dengan satu pola bermain gitar? Dengan satu pola bermain musik? Dengan riff-riff stereotip tiga nada itu? Apakah hardcore harus identik dengan tipikal kental yang ada pada album pertama mereka? Apakah hardcore berarti mengabdi pada satu definisi identitas, mandeg dan tak bisa kemana-mana? Apakah hardcore itu? Apakah pernah kita tanyakan bagian hardcore sebelah mana kita mengidentifikasikan diri kita atau scene kita? Atau terlalu rumitkah untuk mengerti bahwa hardcore tak lebih sebagai media komunikasi bagi kita, hardcore adalah kami dan kalian, aku, dan kamu. Sampai kita semua tak mampu lagi berkomunikasi, mengidentifikasikan diri kita dengan makna apa pun. 2000: Identitas baru mereka dapatkan dari tahun yang penuh gejolak. Dari sekian panggung, penggarapan materi baru, dan juga banyak pengalaman, akan menggores sesuatu di masa datang. Kehadiran seorang anggota keluarga baru turut mewarnai langkah Balcony di masa itu. Masa di mana Balcony banyak mengalami masalah, pemblejetan otak, timbulnya idealisme-idealisme baru yang harus mereka telaah untuk sebuah masa yang akan mereka lewati setelah itu. 2001: Inilah tahun di mana mereka merasa harus lebih dewasa dalam berbagai hal. Satu karya baru telah rampung dikerjakan di mana semua individu yang mendengarkan pasti akan merasa aneh dengan konsep yang ditawarkan. Sebuah bentuk kolaborasi yang mereka kerjakan adalah sebuah bentuk pernyataan untuk tidak terjebak oleh satu stereotip musik. Satu hal yang mungkin menjadi sebuah catatan bahwa secara musik atau ide mereka tidak akan terbatasi sampai di situ. Mereka ingin terus mengepakkan sayap. Atau bahkan mati tanpa jejak. 2003: Selama hampir dua tahun tidak pernah merilis apa-apa, mereka menyusun agenda hidup kolektif busuk dalam bentuk rekaman bertajuk Komposisi Metafora Imajinar. Tujuh komposisi imajinar yang termuat dalam album tersebut merupakan dedikasi Balcony kepada semua pihak yang telah menemani, mencacimaki, dan bahkan meludahi mereka dalam kehampaan hitam pekat yang banyak orang menyebutnya kehidupan. Sangat pekat sampai-sampai mereka memerlukan kacamata hitam penawar pekat. Sangat pekat sampai-sampai penglihatan mereka sering berbeda dengan orang lain. Dan mereka berikrar, demi setan dan sekutunya, mereka tidak pernah dan tidak akan peduli! Begitu juga dengan agenda Metafora Komposisi Imajinar ini yang terdengar (lagi-lagi) lain dengan album-album mereka sebelumnya. Mereka hanya berusaha berbagi penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasaan mereka selama dua tahun terakhir lewat komposisi-komposisi imajinar ini. Setelah tiga belas tahun bernaung dalam kolektif busuk, kepak sayap mereka akhirnya terhenti. Tapi, kupu-kupu penuh warna bernama Balcony tak mungkin punah ditelan ketidakpastian. Bahkan dengan atau tanpa reuni — sebuah agenda busuk lain yang mereka gadang dalam beberapa tahun terakhir, Balcony tetap akan dikenang sebagai band yang pertama kali meneriakkan kalimat Flower City Hardcore!

Biografi Band Death Vomit

Band Death Vomit berdiri pada tahun 1995 di kota Jogja. Formasi awal Death Vomit adalah Dede (vocal), Wilman (gitar), Ary (bas) dan Roy (drum). Sejak awal Death Vomit langsung memainkan lagu-lagu mereka sendiri walaupun pada saat pementasan memainkan lagu-lagu karya band lain yang menjadi acuan musik Death Vomit.Tidak lama Death Vomit merekam reherseal demo untuk diputar di radio-radio yang memiliki program musik metal radio Mustang dan juga di kota Jogja dan sekitarnya. Berkat demo yang dikirimkan ke radio-radio, Death Vomit mendapat banyak undangan untuk mengisi acara diluar kota Jogja seperti Jakarta, Bandung, Purwokerto, Solo, Malang, Surabaya dan Denpasar. Pada tahun 1997 Death Vomit ikut serta dalam album kompilasi Metalik Klinik (Rotorcorp/Musica Studio). Dampak dari kompilasi ini membuat Death Vomit semakin dikenal dan sering melakukan pementasan di dalam dan luar kota. Pada November 1999 akhirnya merilis debut album “Eternally Deprecated” yang diproduksi secara D.I.Y (Do It Yourself) dari proses rekaman, produksi hingga distribusi, Death Vomit melakukannya sendiri melalui label mereka sendiri yaitu Demented Mind Records. Pejualan album ini mencapai 1500 kaset. Dengan kesuksesan ini Extreme Souls Production tertarik untuk mencetak ulang album dimana pada edisi cetak ulang terjual 2200 kaset. Dengan berjalannya waktu, DEATH VOMIT mengalami kembali pergantian personil. Dan formasi terkini DEATH VOMIT adalah Sofyan Hadi ( Vokal, Gitar ), Oki Hariwibowo ( bass ) dan Roy Agus ( Drum ). Pada awal mei 2006, DEATH VOMIT merilis album baru "The Prophecy" dibawah label ROTTREVORE RECORDS yang beredar pada Agustus 2006. Terkini DEATH VOMIT merilis DVD "Flame Of Hate" yang berisi konser tunggal mereka yang menggelontorkan 14 lagu.

Biografi DISTRUGGERE (Metal Core - Jakarta)

Distruggere, sebuah band beraliran metalcore asal Jakarta Utara dengan formasi Mael (Gitar 1), Lepi (Gitar 2), Dito (Bass), dan Andi (Vokal). Awalnya band ini merupakan sebuah band dari SMA 13 beranggotakan Mael (Gitar 1), Windu (Gitar 2), Lepi (Bass), Ega (Drum), dan Ami (Vokal) yang memiliki kesukaan genre musik yang sama yaitu Metalcore. Awalnya band ini hanyalah sebagai sarana explorasi dan expresi bermusik mereka saja sampai akhirnya timbul niat dan keinginan dari semua personil untuk mempertahankan eksistensi mereka. Metal Project, nama band ini pada awalnya. Dengan berkiblat pada band-band metalcore seperti As I Lay Dying, Unearth, Lamb of God, August Burns Red, dan band-band metalcore lainnya, mereka mulai membangun band ini dan mulai meramaikan acara-acara musik sekolah mereka. Walaupun awalnya respon dari rekan-rekan mereka satu sekolah kurang baik mengingat aliran ini cukup asing di lingkungan sekolah mereka, mereka tetap berusaha untuk tetap berkarya. Mereka pun mulai berani tampil di acara-acara musik di luar sekolah mereka. Sampai akhirnya Windu ( Gitar 2 ) harus keluar dari band ini karena dia pun memilik band yang lebih dia prioritaskan. Keluarnya Windu bukan berarti akhir dari band ini. Tak lama kemudian, masuklah Ari (Gitar 2). Band ini pun kemudian berganti nama menjadi Annihilators. Dengan formasi yang sekarang, Mael (Gitar 1), Ari (Gitar 2), Lepi (Bass), Ega (Drum), dan Ami (Vokal), Mereka semakin mantap bergerak maju. Prestasi-prestasi pun mereka raih melalui berbagai macam festival musik. Yang paling berharga dan berarti bagi mereka adalah pada saat kemenangan kami pada event Fleksi Aksi Band Competition. Dengan Single pertama mereka "Natasca Kampusch", mereka berhasil mengalahkan 4 pesaing dari jakarta barat, timur, pusat, dan selatan dengan rata-rata beraliran jazz, pop, dan alternatif. Dengan kemenangan mereka kami berhasil membuktikan kepada orang-orang disekitar mereka khususnya lingkungan sekolah nya bahwa musik mereka, Metalcore, adalah musik yang baik dan tidak hanya identik dengan kekerasan dan kerusakan tetapi juga harmonisasi musik serta prestasi tentunnya. Prestasi ini juga membuat mereka semakin yakin untuk maju dan sempat menyedot perhatian para pendengar musik metal di Jakarta, khususnya Jakarta Utara. Kemudian mereka merilis 2 single terbaru yaitu Devastate it all dan Lost In The Fire of Savagery dan kemudian band ini pun berganti nama lagi menjadi Distruggere. Namun sayang, formasi ini tak bertahan lama karena Ega (Drum) harus keluar dari band karena masalah internal. Hal ini bukan merupakan halangan berarti bagi mereka. Mereka tetap maju meskipun hanya dengan formasi Mael (Gitar 1), Ari (Gitar 2), Lepi (Bass), dan Ami (Vokal) serta seorang additional drummer. Hal ini kemudian bertambah buruk, Ami (Vokal) dan Ari (Gitar 2) sangat terpaksa harus hengkang dari band ini karena kesibukan kuliah mereka yang sangat padat sehingga sangat menghambat kemajuan band. Hal ini merupakan pukulan yang sangat berat bagi Distruggere. Dengan hanya bersisa Mael (Gitar 1) dan Lepi (Bass), band ini tetap berusaha bangkit dari keterpurukuan hingga harus vakum sampai 2 bulan lamannya. Akhirnya muncul harapan bagi mereka, Andi masuk menggantikan Ami sebagai vokalis. Dengan masuknya andi, bandi seperti mendapatkan energi baru untuk terus mempartahankan eksistensinnya. Mereka pun berhasil merilis single ke-4 kami, yaitu The Truth Remains. Hal baik pun kembali terjadi, Dito (Bass) dan Arif (Drum) menjadi anggota band ini. Sehingga terjadi pergeseran posisi pada band ini menjadi Andi (Vokal), Mael (gitar 1), Lepi (Gitar 2), Dito (Bass), dan Arif (Drum). Dengan formasi ini, Distruggere kembali bangkit dan siap unutk maju. Formasi ini merupakan formasi terbaik Distruggere sampai saat ini. Mereka kembali bangkit dan kembali mulai meramaikan acara-acara musik ( gigs, festival, dan Event ) underground di Jakarta, Serang, Cilegon, Bogor, Tanggerang, dan daerah-daerah lain. Namun kembali, salah seorang personil mereka, Arif (Drum), harus keluar dari band ini karena masalah internal sehingga formasi Distruggere yang sekarang adalah menjadi Andi (Vokal), Mael (gitar 1), Lepi (Gitar 2), Dito (Bass) dan Bape (Additional Drum). Untuk memantapkan langkah dan eksistensi nya, mereka telah merilis album pertama kami, Passing Unbroken Wall, Desember kemarin. Dengan lagu Hits kami, Annihilation, Centaph, Negate the Power of Thirst, The Truth Remains, dan Natascha Kampusch, mereka akan memberikan warna baru bagi dunia Musik Metal Indonesia. (ariapanca)

Flag Country

Flag Counter
Powered by Blogger.

iklan

Blog Archive

Popular Posts

Search This Blog

Zona Musick Keras © 2013 Published By Gooyaabi Templates Supported by Best Blogger Templates and Premium Blog Templates